Rabu, 06 Januari 2016

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Jepang merupakan salah satu negara di Asia dengan kemajuan teknologi dan Ekonomi yang luar biasa.Meskipun telah mengalami kekalahan di Perang Dunia II tahun 1945 karena dibomnya kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat, Jepang bisa bangkit dan berkembang menjadi negara yang maju bahkan menyaingi Amerika dalam bidang ekonomi.Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, Jepang mampu bangkit dan bahkan menyaingi perekonomian negara-negara adikuasa di dunia. Terbukti, pendapatan per kapita dan taraf hidup rakyat Jepang menempati posisi kedua tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat. Jepang selama ini dikenal sebagai negara yang inovatif dan kreatif serta memiliki semangat berkarya yang tinggi sehingga walaupun bangsa mereka bukan bangsa penemu mereka mampu menciptakan berbagai penemuan-penemuan terpenting dalam sejarah dunia.
Kemajuan Negara Jepang tentu saja tidak lepas dari peran masyarakat didalamnya. Walupun masyarakat Jepang bertubuh kecil layaknya orang asia lainnya, tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup dan juga kondisi negara yang sering diterpa gempa bumi dan tsunami, namun sumber daya manusia di Jepang dinilai sangat baik dibandingkan dengan negara lain. Orang Jepang berupaya menggunakan segala potensi yang ada untuk membangun negaranya agar sebanding dengan negara-negara maju di dunia.
Jepang memiliki kultur dan watak penduduk pekerja keras, pantang menyerah, berani dan sangat berdisiplin. Semangat kerja keras ini telah diwariskan secara turun- menurun dari kaum samurai yang memegang teguh prinsip Bushido.Pada Jaman dahulu, Para samurai akan melakukan harakiri (bunuh diri) dengan menusukkan pedang ke perut jika kalah bertarung.Hal ini memperlihatkan usaha mereka untuk menebus harga diri yang hilang akibat kalah perang. Prinsip bushido ini awalnya diterapkan dikalangan samurai saja, namun perputaran waktu yang membawa Jepang menjadi bangsa yang maju adalah bukti bahwa bushido dapat diterapkan dalam segala aspek, termasuk para wirausaha, birokrat dan kaum cendekiawan serta seluruh lapisan masyarakat. Bahkan pada zaman perang dunia dan pasifik,tentara Jepang tidak akan pulang sebelum mereka menang dalam pertempuran dan lebih memilih untuk bunuh diri ketika kalah perang. Prinsip Bushido juga merasuki pasukan bunuh diri Kamikaze untuk berjuang melindungi negaranya. Hal ini menunjukan Jepang sangat bersungguh-sungguh dalam melakukan kewajibannya. Terutama pada bidang yang digeluti.
Gila kerja di Jepang bukanlah hal yang terdengar aneh. Bahkan angka kelahiran di Jepang menurun karena sebagian besar orang Jepang enggan untuk menikah atau menikah di usia tua karena lebih memilih untuk fokus bekerja. Bagi bangsa Jepang, bekerja sampai malam sudah menjadi kebiasaan. orang Jepang sanggup berkorban dengan bekerja lembur tanpa mengharap bayaran.Mereka merasa lebih dihargai jika diberi tugas pekerjaan yang berat dan menantang. Sebaliknya, mereka akan mendapat tanggapan negatif dari masyarakat sekitar jika pulang kerumah lebih awal. Sikap "gila kerja" orang Jepang ini  diwarisi turun temurun oleh Samurai. Melalui sistem ini, para pekerja di Jepang ditanamkan rasa taat kepada pimpinan atau kepada perusahaan tempat dimana mereka bekerja. Mereka tidak merasa dibebani banyak pekerjaan,  justru menganggapnya sebagai sebuah tanggung jawab yang perlu dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Sistem seperti itulah yang membuat orang Jepang rela berkorban dan berusaha memberikan yang terbaik untuk pekerjaannya sampai-sampai tidak mempedulikan diri sendiri. Mereka bekerja selama 80 hari berturut-turut dan lebih dari 100 jam selama berbulan-bulan pada suatu waktu tanpa mempedulikan kesehatan mereka.Bahkan survei pada tahun 2004 oleh International Labour Organization menemukan bahwa lebih dari enam juta orang Jepang bekerja rata-rata lebih dari 60 jam per minggu. Bahkan pada 1960, rata-rata jam kerja pekerja Jepang adalah 2.450 jam/ tahun dan menurun menjadi 2.017 jam/tahun pada tahun 1992.  Jam kerja itu masih tergolong paling tinggi dibandingkan rata-rata jam kerja di negara maju lainnya seperti Amerika Serikat (1.957 jam/tahun), Inggris (1.911 jam/tahun), Jerman (1.870 jam/tahun), dan Prancis (1.680 jam/tahun). Seorang pekerja di Jepang rata-rata dapat melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan enam sampai tujuh orang di negara lain. Misalnya pada tahun 1975 seorang pekerja Jepang mampu menghasilkan sebuah mobil seharga 1.000 poundsterling dalam waktu Sembilan hari sedangkan di perusahaan Leyland Motors, Inggris, membutuhkan 47 hari untuk menghasilkan mobil dengan harga yang sama dan dikerjakan oleh banyak pekerja.
Budaya Workholic seperti ini selain membawa dampak positif bagi kemajuan negara Jepang, juga membawa resiko besar terutama bagi pekerja-pekerja di Jepang dalam hal kesehatan. Karena kurangnya jam istirahat dan akibat dari kelelahan, membuat kesehatan para pekerja Jepang menjadi buruk. Bahkan sering terjadi kematian mendadak dari para pekerja di Jepang akibat stroke atau gagal Jantung. Fenomena ini disebut Karoshi yaitu kematian akibat terlalu banyak bekerja. Selain Karoshii , ada Juga fenomena bunuh diri karena terlalu lelah bekerja,depresi dan tekanan pekerjaan atau biasa di sebut karo Jisatsu.
Karoshi dan karo jisatsu menjadi fenomena yang semakin dikenal di Jepang, Karoshi dan Karo Jisatsu sering terjadi di kalangan orang yang bekerja untuk perusahaan besar (korporasi) atau istilahnya Salaryman.Tidak menutup kemungkinan keduanya juga terjadi dikalangan pekerja non perusahaan. Untuk ukuran kehidupan di Jepang, gaji salaryman hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari. Bahkan tak sedikit yang harus hidup berpindah-pindah lantaran tidak sanggup menyewa tempat tinggal. Walaupun demikian, para pekerja ini tetap mempertahankan pekerjaannya dan bekerja keras hingga rela mati karena kelelahan. Karena tidak mudah mendapat pekerjaan di Jepang terutama bagi lulusan baru dan memiliki beban financial yang besar. Kasus Karoshi sudah muncul sejak awal tahun 70-an dimana pada tahun 1969 terjadi kasus kematian seorang karyawan berusia 29 tahun karena stroke. Pada Tahun 2002, di Jepang terjadi rekor kematian akibat kerja berlebihan. Sedikitnya 300 orang pekerja kantor dan pabrik di Jepang mati karena overdosis kerja. Untuk kasus Karo jisatsu,pada November 2012,seorang pegawai 24 tahun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya lantaran tertekan oleh pekerjaannya. Dia bekerja rata-rata 190 jam dan hanya diizinkan mengambil 2 hari libur. Dia juga mengalami kekerasan secara fisik dan mental dari atasannya. Kasus Karo Jisatsu sering dianggap sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Mereka menganggap kasus bunuh diri seperti ini disebabkan oleh gangguan mental atau jiwa bukan karena tertekan oleh perusahaan. Setiap kali terjadi kasus Karo Jisatsu, pihak perusahaan akan mengklaim bahwa itu hanyalah sebuah kecelakaan di tempat kerja atau pelaku Karo Jisatsu sedang mengalami gangguan jiwa.

1.2 Masalah Penelitian
1. Faktor penyebab terjadinya Karoshi dan Karo Jisatsu di kalangan pekerja Jepang?
2. Bagaimana efek Karoshi dan Karo terhadap Masyarakat Jepang sekarang?
3. Bagaimana Upaya pemerintah dan perusahaan dalam mencegah peningkatan Karoshi dan Karo Jisatsu di kalangan pekerja Jepang ?

1.3 Tujuan Penelitian
-Untuk menjawab masalah penelitian
1. Mengetahui faktor penyebab terjadinya Karoshi dan Karo Jisatsu di kalangan pekerja Jepang
2. Mengetahui efek Karoshi dan Karo terhadap Masyarakat Jepang sekarang
3. Mengetahui upaya pemerintah dan perusahaan dalam mencegah peningkatan Karoshi dan Karo Jisatsu di kalangan pekerja Jepang
1.4 Manfaat penelitian
Memberikan gambaran serta ikut menyumbangkan pemikiran  mengenai fenomena Koroshi dan Karo Jisatsu  pekerja Jepang kepada masyarakat Indonesia, agar masyarakat dapat memahami fenomena tersebut dan mampu mencegah terjadinya Koroshi dan koro Jisastsu di kalangan masyarakat Indonesia.
1.5 Ruang Lingkup penelitian
Di tinjau dari permasalahan yang ada, maka perlunya batasan ruang lingkup pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidakmenjadi terlalu luas dan berkembang jauh. Penelitian ini hanya berfokus pada hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya Koroshi dan Koro Jisatsu, pandangan pemerintah dan perusahaan terhadap fenomena itu dan upaya yang mereka lakukan untuk mencegah hal tersebut.
1.6 Kerangka pikiran dan Tinjauan pustaka
1.6.1 Kerangka pikiran
Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001 : 39-40). Sebuah penelitian memanfaatkan dasar teoretisnya dalam pengumpulan dan analisis data.
Penelitian ini pada secara umum menggunakan pendekatan sosiologi karena sosiologi merupakan teori yang membahas tentang masalah sosial yang terjadi di masyarakat Jepang, yaitu Koroshi dan Koro Jisutsu yang merupakan masalah sosial yang sering terjadi karena pola hidup bangsa Jepang yang pekerja keras. Menurut Allan Jhonson, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempenagruhi sistem tersebut. Pendekatan ini akan digunakan untuk mengkaji penyebab pekerja Jepang mengalami Koroshi atau Koro Jisatsu, dan alternatif pemecahan masalah dari pemerintah maupun perusahaan tempat mereka bekerja.
 Selain itu penelitian ini juga menggunakan pendekatan fenomenologis yang menekankan pada realitas budaya yang ada serta berusaha memahami budaya melalui pandangan pelaku budaya. Moleong (1994 : 9) mengatakanpeneliti dalam pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitanya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Pendekatan fenomenologis berfokus pada aspek subjektif dari perilaku orang. Pendekatan ini digunakan untuk mejelaskan fenomena atau gejala yang ditemukan dalam Koro Jisatsu yang dilakukan oleh para pekerja di Jepang. Analisis data dilakukan dengan menafsirkan fenomena budaya bunuh diri dari sudut pandang pelaku budaya tersebut. Fenomena yang terjadi pada objek penelitian ini memiliki aspek historis atau sejarah di dalamnya. Karena bunuh diri sendiri salah satu budaya yang telah ada sejak zaman feodalisme di Jepang. Pada zaman dahulu, tindakan bunuh diri merupakan salah satu ritual yang dilakukan oleh para kaum bushi atau ksatria samurai. Bushi akan melakukan ritual seppuku apabila mereka tertangkap oleh musuh karena berprinsip lebih baik mati daripada harus disiksa oleh musuh, dan jika bushi tersebut melakukan pengkhianatan atau gagal dalam tugasnya, sebagai wujud dari penyesalan dan tanggung jawabnya karena telah mengecewakan kelompoknya. Dalam perkembangannya, seppuku dilakukan oleh seseorang untuk menunjukkan rasa ketidak-setujuannya kepada keputusan penguasa (baik raja maupun pemerintah modern). Pada zaman perang dunia ke-II, tentara Jepang juga melakukan aksi bunuh diri sebagai upaya perlindungan negaranya. Namun tidak dengan cara seppuku melainkan melalui serangan Kamikaze atau serangan bunuh diri dengan cara menabrakan pesawat ke kapal perang sekutu. Di zaman sekarang pun, aksi bunuh diri masih sering dilakukan karena berbagai factor salah satunya tertekan oleh pekerjaan maupun masalah ekonomi. Jepang sendiri tercatat sebagai salah satu negara dengan angka kasus bunuh diri tertinggi di dunia.

Selanjutnya menggunakan Pendekatan psycho history, yang dikembangkan menjadi konsep psikologi sosial (sociopsychological) untuk menjelaskan perilaku sekelompok anggota masyarakat. Menurut Baron & Byrne pada tahun 2006, psikologi sosial adalah bidang ilmu yang mencari pemahaman tentang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku individu dalam situasi-situasi sosial. Definisi ini menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap asal mula dan penyebab terjadinya perilaku dan pikiran. Psikologi sosial mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia dimasa lampau. Pendekatan ini digunakan untuk menjelaskan terbentuknya pola pikir bangsa Jepang modern akibat peristiwa masa lampau. Seperti  semangat kerja keras yang tinggi setelah Jepang dihancurkan oleh bom atom Sekutu serta menjelaskan nilai-nilai etika samurai sebagai salah satu pemikiran yang mendasari pola pikir bangsa Jepang dewasa.
Pada penelitian ini juga menggunakan teori otonomi moral dari Immanuel Kant. Suseno dalam Nelvita (2007 : 9) menyatakan sikap moral yang sebenarnya adalah sikap otonom (dari kata Yunani, autos, sendiri). Otonomi moral berarti manusia menaati kewajibannya karena dia sendiri sadar. Jadi dalam memenuhi kewajibannya ia sebenarnya taat pada dirinya sendiri. Otonomi moral tidak berarti bahwa manusia menolak untuk menerima hukum yang dipasang orang lain, melainkan bahwa ketaatan kalau memang dituntut dilaksanakan karena manusia itu sendiri insaf. Inti penghayatan moralitas adalah bahwa manusia melakukan kewajiban bukan karena dibebankan dari luar, melainkan karena manusia itu sendiri menyadarinya sebagai sesuatu yang bernilai dan sebagai tanggung jawab. Teori ini menjelaskan tentang ketaatan pekerja Jepang dalam mengemban tanggung jawab pekerjaan sehingga pekerjaan seberatpun apapun tidak dianggap sebagai suatu beban.










1.6.2 Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Karoshi
Karōshi (過労死), secara etimologi  過 労 (Karo, "kerja paksa") + 死 (shi, "kematian") atau secara harafiah diartikan sebagai “ mati karena kelebihan bekerja” merupakan sebuah fenomena di Jepang dimana para pekerja mengalami kematian mendadak akibat serangan jantung atau stroke . Penyebabnya antara lain stress, kurangnya istirahat atau kelelahan serta diet yang berlebihan. Biasanya terjadi dikalangan pekerja-pekerja kantoran . Orang Jepang yang tidur di sembarang tempat akibat kecapean kerja disebut “inemuri”. Inemuri sering disebut-sebut sebagai calon Karoshi. Namun demikian, anggapan masyarakat mengenai Inemuri ini masih positif. Mereka menganggap Inemuri merupakan orang-orang pekerja keras yang rela mengorbankan waktu istirahatnya demi bekerja di kantor.
b. Pengertian Karou Jisatsu
karō-jisatsu (過労自殺) atau secara harafiah diartikan sebagai “ bunuh diri karena kelebihan bekerja”, merupakan salah satu jenis bunuh diri di Jepang , yang dilakukan oleh pekerja di Jepang. Pemicu bunuh diri karo-jisatsu adalah depresi karena kelebihan bekerja , selain itu karena pekerja mengalami tekanan mental dari atasan perusahaan.
C. Kasus Karōshi (過労死)dan karō-jisatsu (過労自殺) di Jepang
Kasus Karōshi sudah dimulai sejak awal tahun 70-an, dimana pada tahun 1969 seorang karyawan berusia 29 tahun yang bekerja disebuah departemen transportasi di Jepang meninggal dunia karena stroke. data pemerintah, sedikitnya 150 pekerja meninggal setiap tahun adalah karena Karōshi. Selanjutya, kasus Karoshi menjadi wabah di era 1980-an selama gelembung Ekonomi. Bermula dari meninggalnya sejumlah eksekutif bisnis yang tewas mendadak tanpa tanda-tanda sebelumnya. Pada tahun 2005, 328 karyawan Jepang meninggal karena terlalu banyak bekerja, 7 kali lebih banyak dari pada tahun 2000 . Pada tahun 2007, dari 2207 kasus bunuh diri, 672 kasus memiliki penyebab utama yang sama.
Selama penurunan ekonomi jangka panjang setelah runtuhnya gelembung ekonomi pada tahun 1980-an dan 1990-an, banyak perusahaan di Jepang mengurangi jumlah karyawan. Namun jumlah pekerjaan tidak menurun yang memaksa setiap karyawan untuk bekerja lebih keras bahkan lebih dari satu pekerjaan dikerjakan oleh satu orang karyawan. Sejumlah perusahaan Jepang juga cenderung menuntut penjualan berlebihan kepada karyawan dan terus meminta mereka mencapai hasil yang lebih baik. Ini berpengaruh pada psikologis para pekerja. Sehingga membuat mereka mau tidak mau bekerja dengan jam kerja yang tinggi dengan waktu istirahat yang kurang dan membuat kondisi kesehatan mereka memburuk. Banyak pekerja tertekan oleh beban kerja lebih dari 70 jam lembur per bulan. Hal ini dapat menyebabkan stres, kelelahan mental dan kelelahan fisik yang dapat menyebabkan kematian mendadak atau cacat. Beberapa yang mengalami depresi karena kerja berlebihan memutuskan diri untuk mengakhiri hidup. Karena hal itu, sejumlah perusahaan di Jepang langsung bereaksi cepat dengan menciptakan keseimbangan untuk kehidupan yang lebih baik buat para pekerja mereka. Bahkan di beberapa kantor, dibuat pengumuman yang menunjukkan pentingnya istirahat dan mendesak para pekerja untuk pulang .
Meski demikian, kasus Karoshi tidak hilang begitu saja. Pada tahun 2008, Karoshi kembali muncul di media massa terkait meninggalnya seorang insinyur yang rata-rata bekerja lembur lebih dari 80 jam setiap bulan.
karō-jisatsu (過労自殺)
Pemerintah Jepang melaporkan jumlah masyarakat Jepang yang bunuh diri per tahun di Jepang telah mencapai lebih dari 30.000 orang mulai tahun 1998 sampai 2011. Presentasi ini terutama berfokus pada kasus bunuh diri yang dilakukan oleh pekerja di Jepang,atau apa yang disebut "karo-jisatsu" . Karo-jisatsu adalah kata Jepang yang berarti orang yang bekerja membunuh dia / dirinya sendiri setelah terlalu banyak kerja atau mendapat tekanan dalam tempat kerja. Kata ini telah populer di negara kita sejak tahun 1990, sementara "karo-shi" yang berarti kematian karena terlalu banyak pekerjaan sudah dikenal sejak tahun 1970-an.
Namun, perusahaan Jepang yang tidak mau bertanggung jawab atas kematian pelaku Karo-Jisatsu akan mengklaim bahwa peristiwa itu hanyalah kecelakaan atau si pelaku mengalami gangguan jiwa. Seperti yang terjadi pada tahun 2012, dimana seorang pria 24 tahun di Jepang bunuh diri karena tertekan oleh kondisi di tempat kerjanya restoran Sun Challenge. Tekanan psikologis akibat kekerasan fisik dan mental yang dilakukan oleh atasannya membuat pria ini memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Orang tua dari pria tersebut menuntut pihak restoran karena menemukan fakta bunuh diri yang tidak lazim. Pengadilan di Jepang memvonis pemilik restoran tersebut untuk membayar denda 58 juta Yen (setara Rp 8 miliar). Uang itu diberikan sebagai kompensasi kepada keluarga salah satu pegawainya yang tewas bunuh diri akibat lembur hampir 200 jam sebulan.
Orang Jepang biasanya akan setia dan bertanggung jawab terhadap satu pekerjaan walaupun dalam kondisi sesulit apapun, seperti gaji yang tidak sesuai, jam kerja tinggi atau mendapat tekanan dari atasan. Berdasarkan data dari pemerintah Jepang, terdapat lebih dari 10 juta orang yang hidup dengan penghasilan kurang dari standard normalnya Jepang yaitu ¥1.600.000/tahun (atau sekitar 155 juta rupiah per tahun). Mengapa hal itu terjadi? Menurut survey di Tokyo, orang Jepang yang baru lulus kuliah cenderung mengalami tingkat stress yang lebih tinggi jika dibandingkan ketika mereka sedang menghadapi ujian terakhir di kampus. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapat pekerjaan di Jepang. Selain itu, daya saing untuk memperebutkan pekerjaan semakin tinggi, membuat orang Jepang mengambil pekerjaan apapun yang bisa menghasilkan uang walaupun gajinya minim.
Konsep Kinerja
Menurut Steers dan Porter (1983),Kerja merupakan hal yang penting dalam kehidupan individu karena beberapa alasan. Pertama, adanya pertukaran atau timbal balik dalam kerja. Ini dapat berupa reward. Secara ekstrinsik, reward seperti uang. Secara intrinsik, reward seperti kepuasan dalam melayani. Kedua, keija biasanya memberikan beberapa fungsi sosial. Perusahaan sebagai tempat kerja, memberikan kesempatan untuk bertemu orang-orang baru dan mengembangkan persahabatan. Ketiga, pekeijaan seseorang seringkali menjadi status dalam masyarakat luas, namun kerja juga dapat menjadi sumber perbedaan sosial maupun integrasi sosial. Keempat, adanya nilai keija bagi individu yang secara psikologis dapat menjadi sumber identitas, harga diri dan aktualisasi diri.

Jepang memang terkenal dengan etos kerja yang luar biasa. Etos kerja ini menimbulkan suatu dampak kemajuan teknologi dan penguasaan teknologi, serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara Jepang itu sendiri. setelah bom atom Amerika menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945, Jepang mengalami kehancuran besar-besaran pada saat itu. Namun, dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, Jepang ternyata mampu bangkit dan bahkan menyaingi perekonomian negara yang menyerangnya. Terbukti, pendapatan tahunan negara Jepang bersaing ketat di belakang Amerika Serikat.
Semangat kerja keras yang luar biasa tersebut berakar pada ajaran bushido yang diwariskan oleh kaum samurai. Nilai-nilai bushido tersebut yaitu :
•   Chu sebagai tugas dan kesetiaan
•    Gi sebagai adil dan bermoral
•    Makoto sebagai tulus dan ikhlas
•    Rei sebagai sopan santun
•    Gin sebagai kasih
•    Yu sebagai keberanian yang heroic
•    Meiyo sebagai kehormatan
Nilai-nilai tersebut merupakan way of life kaum samurai pada zaman dahulu. Dan nilai itu masih tetap dipegang oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Salah satu yang sangat menonjol adalah kesetiaan bekerja di suatu perusahaan (lifetime employment) dan jiwa nasionalisme. Nilai-nilai itulah yang membentuk budaya unggul bangsa Jepang.
Selain Bushido, ada juga prinsip zainen yang diterapkan oleh perusahan-perusahaan Jepang. ‘kaizen’ adalah pengembangan atau berubah menjadi lebih baik. Dalam penerapannyua, para pimpinan dan manajer harus menetapkan dan menjalankan suatu standar, serta mengontrol kualitas dalam perusahaan. Mereka juga harus mau mendengarkan ide/saran, berusaha memberikan feed back yang membangun, sekaligus terus memotivasi karyawannya.
 Konsep Bunuh diri ( dalam kasus Karo Jisatsu )
Dalam bukunya “SUICIDE” Emile mengemukakan dengan jelas bahwa yang menjadi penyebab bunuh diri adalah pengaruh dari integrasi sosial.
Dalam bukunya , Emile Durkheim mengemukakan empat teori mengenai tipe bunuh diri.Salah satunya adalah bunuh diri Alstruistic dan Fatalisme. Alstruistic merupakan jenis bunuh diri karena terlalu kuatnya integrasi .Pengorbanan diri merupakan hal yang dijunjung tinggi, dimana individu yang bersatu telah kehilangan pandangan individual dan bersedia mengorbankan diri demi kepentingan sesama. Fatalisme adalah bunuh diri yang dilakukan karena rasa putus asa. Tidak ada lagi semangat untuk melanjutkan hidup, misalnya karena perbudakan. Kedua tipe bunuh diri ini relevan dengan kasus-kasus bunuh diri “ pengorbanan “ yang di lakukan oleh pelaku Kamikaze pada zaman perang untuk melindungi negaranya dan pelaku Karo Jisatsu yang rela bekerja berpuluh-puluh jam demi perusahaan. Bunuh diri Alstruistic disebabkan terlalu kuatnya keterikatan seseorang pada sesuatu hal. Sehingga orang tersebut sanggup dan bersedia melakukan apa saja bahkan sampai-sampai mengorbankan dirinya.





















Sabtu, 26 Desember 2015

KAMIKAZE : PENGORBANAN MULIA PRANJURIT JEPANG PADA PD-II





*What is Kamikaze?


Kamikaze merupakan serangan bunuh diri yang dilakukan oleh angkatan udara kekaisaran Jepang pada saat perang dunia ke -II terhadap kapal laut sekutu. Pilot-pilot kamikaze tergabung p
 dalam kesatuan khusus bunuh diri tokubetsu kougeki tai (特別攻撃隊) yang secara harafiah diartikan sebagai unit serangan khusus. Kemudian disingkat menjadi tokkoutai (特攻隊) . Nama “Kamikaze” sendiri sudah ada dalam legenda Jepang tentang angin topan dewa yang telah menyelamatkan Jepang dari invasi Mongol tahun 1281. Pada waktu itu, Jepang diserang oleh Mongol dan kaisar berdoa demi mendapatkan bantuan ilahi agar bisa mengalahkan mereka. Sebagai jawaban dari doanya, angin topan datang menghanccurkan dan menenggelamkan kapal mongol sehingga membuat pasukan mongol kalah. Orang-orang Jepang yang menyaksikan hal itu kemudian menyebut angin topan tersebut "kamikaze" atau angin ilahi.

Pada saat PD-II,Sebelum pasukan kamikaze dibentuk, kejadian serupa kamikaze pernah dilakukan oleh Pilot pesawat udara ketika pesawat mereka rusak. Mereka lebih memilih menabrakan diri sebagai pilihan terakhir karena tidak mau mengambil resiko ditangkap oleh musuh. Bunuh diri dadakan seperti ini dilakukan oleh kedua negara baik angkatan udara Jepang maupun sekutu. Pada serangan Jepang ke Pearl Harbour di Desember 1941, seorang Letnan Fusata Iida tercatat menabrakkan pesawatnya yang telah tertembak ke arah Stasiun Kanoehe. Sebelum dia lepas landas, Iida telah memberitahu rekan-rekannya bahwa jika pesawatnya mengalami kerusahan parah, dia akan melakukan serangan bunuh diri terhadap musuh.

Pada saat perang dunia ke-II, pasukan pengebom Jepang memborbardir pangkalan Perang Pearl Harbour milik Amerika Serikat di pulau Oahu, Hawaii, barat Honolulu. Karena dalam kondisi yang tidak siap, pihak jepang dengan mudah menyerang pangkalan.Akibatnya ratusan kapal perusak dan kapal induk hancur dan tenggelam. Tidak hanya itu, ribuan korban jatuh di pihak Amerika Serikat, baik militer maupun sipil, sehingga membangkitkan amarah Amerika Serikat yang semula bersikap netral pada Perang Dunia II  kemudian menjalin kerja sama dengan sekutunya  untuk melawan Jepang di pertempuran pasifik. Pada 8 Desember 1941 Kongres Amerika Serikat menyatakan perang atas Jepang.

Pada tanggal 4 Juni dan 7 Juni 1942 tercatat dalam sejarah dimana pertempuran besar di pasifik terjadi (atau disebut pertempuran midway) antara sekutu dan Jepang. Dalam pertempuran ini Jepang sekutu dengan telak meredam serangan Angkatan Laut dan udara milik Kekaisaran Jepang  dan mengakibatkan kerugian besar-besaran dari pihak Jepang. Pada 15 Juli tahun 1944, Saipan, pangkalan militer penting milik jepang Jepang jatuh ke tangan  Sekutu. Penguasaan atas pangkalan militer Saipan memungkinkan pasukan sekutu untuk menggunakan pesawat pembom Jarak Jauh Superfortress B-29 untuk membumi hanguskan pulau jepang dan kemudian menduduki Filipina yang lokasinya strategis dan berada di ladang minyak antara Asia Tenggara dan Jepang. Ketika Pasukan Sekutu menyerang Pulau Suluan,Untuk memulai Pertempuran Leyte Gulf , kondisi angkatan laut Jepang yang sudah habis dan armada udara Jepang pada saat itu yang hanya mempunyai 40 pesawat tempur dan satu pesawat pengintai  tidak memungkinkan Jepang bisa bertahan dan menyerang sekutu. Dalam kondisi darurat seperti ini, munculah ide "Kamikaze" yang dicetuskan oleh Vice Admira Kimpei Teraoka (Kepala staf komandan Angkatan Laut Jepang di Filipina) dan kemudian dilaksanakan oleh Vice Admiral Takejiro Onishi yang kemudian dikenal sebagai Bapak Kamikaze.

Vice Admiral Takijiro Onishi memutuskan membentuk Suatu kesatuan serangan bunuh diri yaitu Special Attack Air Force kamikaze yang terdiri dari pesawat-pesawat tempur Zero yang dipersenjatai bom 250 kilogram dan pilot-pilot yang berani mati. Dia menjelaskan bahwa pilot kamikaze harus menabrakan pesawat ke kapal sekutu, sehingga kekuatan udara Amerika serikat tidak mengganggu armada laut Jepang.
Pada bulan agustus 1944, pilot kesatuan udara Jepang menunjukan semangat mereka dalam pertempuran dengan membuat taktik skip booming atau teknik pengebooman lompat dengan cara terbang diatas ketinggian 200-300 kaki sebelum melepas bom. Teknik ini berbeda dengan kamikaze karena peluang untuk selamat masih ada. Sedangkan peluang selamat dari Kamikaze adalah nol.
Komander Asaiki Tamai Menyatakan bahwa sekelompok pilot muda berbakat sebanyak 23 orang yang sudah dilatihnya Akan segera bergabung dengan Special Attack Air Force kamikaze.Dari situlah kamikaze resmi terbentuk. Yukio Seki terpilih menjadi pilot kamikaze yang ke 24 dalam unit kamikaze pertama ini. Ada empat kesatuan unit serangan kamikaze yang pertama ini yaitu Unit Shikishima,Unit Yamato, Unit Asahi, dan Unit Yamazakura. Nama-nama itu di ambil dari sebuah puisi patriotik yang di buat oleh sarjana klasik Jepang Motoori Norinaga.
Yukio seki adalah pilot pesawat pengebom berbasis kapal induk yang telatih. Seki lulus dari Akademi AL pada tahun 1941, kemudian pada tahun 1944 ia masuk penerbangan AL Kasumigura di prefektur Ibaraki (Axell & kase, 2002:40-49)

Dalam buku Kamikaze: Japan's Suicide Gods, misi Kamikaze sebenarnya terbatas hanya pada serangan pertama di Filipina pada bulan oktober 1944. Namun, kamikaze tetap digunakan untuk misi-misi selanjutnya dan tetap berfokus untuk menenggelamkan dan merusak kapal-kapal sekutu terutama kapal induk amerika.

perekrutan dan training

Setelah perang pasifik, Jepang telah banyak kehilangan ratusan angkatan udara untuk dijadikan pilot kamikaze. Oleh karena itu militer Jepang merekrut mahasiswa atau pemuda Jepang untuk menjadi pilot Kamikaze. Sejak tahun 1873, Jepang mewajibkan pemuda berusia 20 tahun keatas untuk mengikuti wajib militer. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh militer Jepang untuk menjadikan pemuda-pemuda wajib militer sebagai pilot Kamikaze. Militer di Jepang sangat kuat, karena setengah anggaran belanja negara digunakan untuk kepentingan militer.
Selain itu, Pemujaan bangsa Jepang terhadap Kaisar yang anggap sebagai perwakilan Tuhan di Jepang, kemudian dimanfaatkan oleh militer Jepang. ( Benedict, 1982:37). Militer  melakukan propaganda yang ditujukan untuk seluruh masyarakat Jepang. Dalam propagandanya, Jepang menjelaskan misi dan visi Jepang adalah untuk memuliakan jalan kekaisaran dan militer dibangun untuk melaksanakan keinginan kaisar dan melindungi bangsa dan negara Jepang. Propaganda lainnya yang memanfaatkan ajaran Shinto, yaitu orang-orang yang meninggal akan menjadi dewa.Para pemuda Jepang yang ikut berperang dan gugur dalam medan perang akan menjadi dewa dan mati bagi negara adalah suatu kehormatan besar. Militer Jepang juga membuat slogan seperti " Ichioku tokkoutai" yang berarti ratusan juta orang sebagai pasukan penyerang khusus. Selain itu, propaganda anti sekutu beredar diseluruh Jepang dimana isinya berupa tujuan Jepang berperang adalah untuk melawan iblis amerika dan Inggris. Berbagai koran dan radio juga mulai memberitakan unit kamikaze beserta misi-misinya, dan banyak pilot yang menyetujui bahwa kamikaze adalah jalan terakhir dan satu-satunya cara untuk melawan kehebatan militer sekutu.
Alhasil dari propaganda-propaganda tersebut, banyak pemuda baik dari universitas maupun golongan pelajar Sekolah menengah dan atas mendaftar sebagai relawan pasukan bunuh diri Kamikaze. Kapten Motoharu Okamura mengatakan bahwa mereka bagaiakan ribuan lebah yang datang. Lebah mati setelah mereka menyengat. Kebanyakan mereka adalah pemuda yang sedang mengikuti wajib militer.Para pemuda ini percaya bahwa kematian mereka sebagai bentuk cinta untuk orang tua, keluarga dan kaisar.Dalam film Wings of Defeat menyatakan bahwa ada sekitar 4000 pilot Kamikaze yang menabrakan diri ke kapal sekutu. 3000 diantaranya merupakan pemuda dan pelajar. Pilot termuda dari AD Jepang rata-tata berusia 17 tahun.  Bahkan ada beberapa yang baru saja menamatkan diri dari bangku Sekolah dasar dan menengah direkrut oleh militer unntuk menjadi pilot kamikaze.
Relawan-relawan ini kemudian dikumpulkan dalam sebuah camp dan didoktrin untuk berani mati demi Jepang. Setiap hari mereka harus mengikuti kuliah umum selama dua jam dan hasilnya banyak yang tambah berkobar semangatnya dan adapula yang terpaksa karena tidak ingin di asingkan oleh teman-temannya. Dalam kuliah tersebut, dikenalkan prinsip Bushido yang berarti kesetiaan dan semangat perang. Kesetiaan pada Pemerintahan Jepang dan semangat perang yang ditekankan pada pilot Kamikaze.
Pada saat survey, para calon pilot diminta untuk menuliskan nama mereka dalam survey yang terdiri atas tiga pilihan : benar-benar ingin, berharap dan tidak berharap. Militer Jepang hanya memilih para pilot yang melingkari pilihan benar-benar ingin bergabung. Dan karena banyak remaja yang mendaftar , militer jepang memilih orang-orang dengan nilai terbaik yang lebih dahulu bertugas ( Sasaki, 1999: 1821)

training
Para calon pilot tersebut dilatih kurang lebih 30 hari untuk mempersiapkan penyerangan terhadap kapal sekutu.Namun terkecuali jika kekurangan bahan bakar atau serangan mendadak dari amerika, latihan akan di tunda hingga bulan berikutnya. Menurut Takeo Kasuga dalam suratnya, pelatihan pada umumnya terdiri dari pelatihan yang sangat berat ditambah hukuman fisik yang kejam dan menyiksa sebagai rutinitas sehari-hari. Mereka dipukuli hingga bentuk wajah mereka tidak dikenali lagi dan tidak mampu untuk berdiri lagi.Latihan yang sangat keras namun jatah makanan yang diberikan sangat sedikit. Seorang calon pilot kamikaze Irokawa, hanya karena melihat kua tahun baru diatas meja, dia dipukuli sebanyak puluhan kali, sehingga bibirnya sobek dan giginya rubuh. Selain itu mereka juga dihukum karena diduga makan dirumah petani yang lokasi rumahnya tidak jauh dari Camp militer. Pada saat musim dingin, mereka dipaksa untuk duduk selama tujuh jam dilantai beton yang dingin dan  menerbangakan pesawat di tengah badai salju berketinggian 1500 kaki sehingga ada beberapa calon pilot yang belum siap atau amatir meninggal pada saat training karena pesawat mereka terjatuh. Dalam buku harian dan catatan pilot Kamikaze, menunjukan hampir semua anak muda yang awalnya menyatakan keinginan mereka untuk melindungi negara, menjadi kurang bahkan hilang patriotik saat dilatih di pangkalan.

Calon penerbang juga diberi petunjuk yang rinci bagaimana mereka harus berpikir, siap dan menyerang dan juga titik atau bagian manakah yang harus diserang.Selain itu, mereka harus menjaga kesehatan dan melatih spiritualitas. Hal ini dimaksudkan agar pilot secara fisik dan mental siap untuk mati. Pesawat mereka tidak dirancang untuk mendarat. Setiap pilot Kamikaze, seperti juga pilot unit lain yang terbang di daerah tak bersahabat, diberikan sepucuk pistol untuk mengakhiri hidup mereka jika mereka beresiko tertangkap oleh musuh. Para pilot Kamikaze tidak diharapkan untuk kembali. Para pilot ini juga harus berhati-hati ketika lepas landas. Tidak mudah untuk membawa bom seberat lebih dari 500 pon yang sudah dirancang khusus akan meledak jika bereaksi dengan kontak langsung apapun.

Pilot-pilot diantarkan menuju misi mereka dengan upacara khusus dengan pembacaan puisi yang dahulu dibaca para samurai sebelum melakukan harakiri (tradisi bunuh diri dengan memotong perut demi kehormatan). Penduduk pulau Kikaishima menjelaskan  bahwa pilot-pilot pasukan Kamikaze menghamburkan bunga dari pesawat mereka sebagai salam perpisahan. Dikatakan juga bahwa pilot-pilot muda Kamikaze biasa terbang ke arah Tenggara Jepang sebelum berangkat ke arah target. Mereka melakukan ini agar bisa memberi hormat kepada gunung Kaimon, lambang perpisahan mereka dengan tanah air mereka.

Semangat Bushido dalam Kamikaze

Bushi” berarti ksatria dan “Do” artinya jalan. Bushido dapat diartikan sebagai jalan kehormatan yang harus ditempuh oleh orang Jepang untuk menyempurnakan hidup. Bushido (武士道?), secara Harfiah “jalan prajurit”, adalah kata dalam bahasa Jepang untuk cara hidup samurai, cara hidup dengan konsep ksatria. Bushido (Kanji: 武士道 “tatacara ksatria”) juga diartikan adalah sebuah kode etik kepahlawanan golongan Samurai dalam feodalisme Jepang. Samurai sendiri adalah sebuah strata sosial penting dalam tatanan masyarakat feodalisme Jepang. Secara resmi, Bushido dikumandangkan dalam bentuk etika sejak zaman Shogun Tokugawa.Makna bushido itu sendiri adalah sikap rela mati negara/kerajaan dan kaisar. Biasanya para samurai dan Shogun rela mempartaruhkan nyawa demi itu,jika ia gagal,ia akan melakukan seppuku (harakiri).Terdapat beberapa sumber untuk pedoman dari Bushido. Sumber pertama adalah agama budha. Di agama budha terdapat tiga prinsip dasar yaitu rasa tenang, percaya pada takdir dan penyerahan diri pada penghinaan yang tidak terelakkan pada pasangan kehidupan yang dekat dengan kematian serta ketabahan dan ketenangan dalam menghadapi bencana. Zen adalah sumber yang lain dari Bushido. Zen mengaplikasikan kontemplasi dan berusaha secara konstan untuk mencapai keunggulan sehingga untuk mencapai tingkat pemikiran yang berada di luar jangkauan ekspresi verbal.  Agama Shinto juga salah satu sumber dari Bushido. Pada ajaran agama Shinto, menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi sesuatu dengan menghindari perbuatan dosa/kesalahan.
salah satu aspek penting dalam Bushido adalah “Gagah berani”. Gagah berani tidak hanya diartikan secara fisik tetapi juga melakukan suatu keberanian secara benar, dilakukan pada saat yang tepat. Siapa saja dapat berada ditengah-tengah pertempuran dan mungkin dapat terbunuh, hal ini biasanya disebut dengan “kematian yang sia-sia.” Mengutip dari kalimat pangeran Mito yang menyatakan bahwa “Ini suatu keberanian yang benar pada hidup dan mati jika dilakukan dilakukan dengan cara yang benar.”

Saat perang dunia kedua, dalam kondisi yang kritikal, tentara Jepang kerap dirasuki semangat Bushido: loyal dan menjunjung tinggi kehormatan sampai mati.Semangat ini merupakan warisan utama dari tradisi Samurai – para pejuang yang menjadi pendahulu mereka. Mereka berjuang demi kehormatan bangsa dan Kaisar, kalau perlu sampai menyerahkan nyawa.Mereka akan berjuang habis-habisan dengan seluruh skill dalam berlaga. Meski kaum Samurai hanya hidup antara tahun 905 hingga pengujung abad ke-12, semangatnya masih tertanam dalam sanubari kebanyakan orang Jepang, hingga sekarang.














Rabu, 09 Desember 2015

命のドアをノックする - 落日


By  : 増田壮太

(Indonesian Lyric by Lia Ishihara)

歌詞 :

自由に... 穏やかに...
 やさしく死ねたらいい
僕の感じたすべての事
 誰かに伝えられたらいい
Dengan bebas....Dalam ketenangan......
Seharusnya bisa mati dengan Perlahan...
Semua hal..Yang dirasakan....
Seharusnya di ungkapkan kepada siapapun...


小鳥も今日は おやすみ
風もお山へ おかえり
Hari ini...Ucapkan selamat tidur kepada burung kecil...
Dan kepada angin, selamat Kembali ke pegunungan....

言葉とからだ なくして生きよう
宇宙が生まれる 前の姿にもどって暮らそう
Hiduplah tanpa kata dan raga...
Kembalilah hidup Seperti dahulu Kala...
Saat alam semesta di lahirkan

小鳥のように 無意味に
風のように 流れて
Tak berarti ..bagaikan burung kecil..
Berhembus....bagaikan angin...

もう一度 愛を 夢みて
あの日のように 抱かれて
Sekali lagi, bermimpi tentang cinta
Menggenggam.....
Seperti hari itu..


good night ..............................
good night ..............................



-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Jumat, 11 September 2015

Skywings - The Advent Melody - Brightness~Sky Anthem Pt. 3 ( indonesian translate)


lyrics and music by SKYWINGS


Brightness~Sky Anthem Pt. 3 ( indonesian translate)


鼓動が風を突き抜けても,君にはまだ届かない歌
最後まで諦めたりはしない, いつかは届く叶う日を夢みて。
(meskipun suara denyutan nadi menembusi angin,Lagu ini belum tersampaikan padamu.
 Perjuangan ini tidak akan berhenti hingga akhir
 Kadang kala , mimpi itu memnjadi kenyataan)

天使の空から舞い降りた
咲き乱れる花はFREESIA
bunga  FREESIA yang bermekaran
 jatuh dari malaikat surga

運命が愛を奪い去っても君にはまだ届けていないよ
言葉にしてしまえばいいけど
歌なら命の鼓動­伝わる
Walaupun takdir ini menghalangi cinta,Aku belum bisa menggapaimu
Tak masalah jika hanya sebuah kata
Jika sebuah lagu bisa mendetakkan denyut nadi kehidupan

天使が空から舞い降りて
教えてくれた愛の意味、
Malaikat jatuh turun dari surga
Mengajarkan makna cinta


さあ愛の光届け、­
奇跡に舞う希望の空を越えて。
今あなたの元へ羽ばたき愛の星となれ、
今女­神の涙を天使達が笑顔に変えて歌う。
Gapailah cahaya cinta
keajaiban menari melewati langit harapan
saat ini, takdir cintalah yang menuntunku terbang ke sisimu
Saat ini, malaikat menyanyi dan mengubah air mata dewi menjadi senyuman
この歌で明日を導こう
Di dalam lagu ini, pimpinlah hari esok.


 天使が羽を休める為­
降り立つ命の霧の中で木漏れ日が明日を照­らしかける、
愛なら既に答えを知っている。
Malaikat turun diantara pohon kehidupan
Sekedar untuk menidurkan kepakan sayapnya
Jika itu cinta, aku sudah tahu jawabannya

天使が空から問いかけた
導く答えは UNITE FOREVER
Aku memohon pada malaikat surge
Jawabannya ialah “bersatu selamanya


愛の歌よ響け
奇跡が舞う希望の空の夜明けに­
今光の元へ導き愛の星になり。
今あなたの涙は愛の歌が笑顔に変えて踊る、
­この歌で明日を繋げよう。
Lagu cinta bergema
Keajaiban menari diatas harapan langit senja
Saat ini, itu menjadi takdir cinta yang menuntunku kea arah cahaya
Saat ini, lagu cinta berdengung, mengubah air matamu menjadi senyuman
Dalam lagu ini, dampingilah hari esok

Always my heart stay by your side
途切れた答え求め
いつの日も思い出して誓っ­たあの日の事、
Hatiku selalu berada disisimu
Jawaban yang diinginkan masih tertahan
Mengenang hari-hari dimana aku telah bersumpah

 天使の空から舞い降りた
咲き­乱れる花はFREESIA
bunga  FREESIA yang bermekaran
 jatuh dari malaikat surga

天使は空から問いかけた
導く答えは UNITE FOREVER
Aku memohon pada malaikat surge
Jawabannya ialah “bersatu selamanya


 愛の歌よ響け、
奇跡が舞う希­望の空の夜明けに、
今光の元へ導き愛の星に­なれ。
今あなたの涙を愛の歌が笑顔に変えて踊る、
Its time has come to sing my song called BRIGHTNESS­
Lagu cinta bergema
Keajaiban menari diatas harapan langit senja
Saat ini, itu menjadi takdir cinta yang menuntunku kea arah cahaya
Saat ini, lagu cinta berdengung, mengubah air matamu menjadi senyuman
Waktunya telah tiba untuk menyanyikan lagu yang disebut PENCERAHAN”

さあ 愛の光届け
奇跡に舞う希望の空を越えて、
­あなたの元へ羽ばたき愛の星となれ、
今女神­の涙を天使達が笑顔に変えて歌う。
Gapailah cahaya cinta
Keajaiban menari diatas harapan langit luar
saat ini, takdir cintalah yang menuntunku terbang ke sisimu
Saat ini, malaikat menyanyi dan mengubah air mata dewi menjadi senyuman

この歌で明日を導こう
そして今
Together fly…..
 Di dalam lagu ini, pimpinlah hari esok
Dan sekarang
Terbang bersama….

-----------------------------------------------sekian-----------------------------------------

Kamis, 27 Agustus 2015

The GazettE-OMINOUS lyrics (Indonesian translated by Lia Ishihara )

Lyrics And Music by : The GazettE



-Sleep
Count me down again
(tidur........
Hitungan mundur..lagi)

さぁ 目を閉じて向かおう
(tutup mata dan hadapilah...)
瓦礫に潰れた祈り
(kepingan doa yang telah hancur di dalam reruntuhan)
羽ばたいていく君の目に映す
(hal itu Terlihat Dari kedipan matamu)
厚く翳る空に
悪夢と舞う君を見る
(aku melihatmu, menari bersama mimpi buruk di langit mendung )

忘れないで 心は死なない
(jangan lupakan, hati tidak akan mati)
忘れないで そう 夢は逆夢
(jangan lupakan, mimpi bertentangan dengan kenyataan)


True dread x 11 (benar...ketakutan...11X)


-Sleep
Count me down again
(tidur........
Hitungan mundur.....lagi)

不祥は流転を巡り
(reinkarnasi diselimuti ancaman)
断続の闇が俺を落とす
(kegelapan intermiten menjatuhkanku)
形無き明日を奪う
(mencuri hari esok yang tak jelas)
踏み出す度
翳る空で何も見えない
(ketika melangkah,,
apapun tak terlihat di langit mendung)
悲しみに自分を殺し
叫ぶ声は何も救えない
(teriakan bunuh diri dalam kesedihan..
Tak menyelamatkan apapun)










~~~~~~~~~~~~~~



* OMINOUS, ominous sendiri ada hubungannya Dengan kata "omen" sebuah istilah latin yang digunakan pada abad ke 16 yang memiliki arti : Firasat. Namun ominous sendiri Lebih Mengarah ke sesuatu yg tidak baik( buruk),
Untuk selebihnya ,mungkin ruki yg tw ...wkwkwkwk
* dalam lirik lagu tersebut, terdapat kata 流転(dibaca:ruten) yang merupakan istilah budha utk menyebutkan sebuah proses Perubahan yg terjadi secara terus menerus Ketika mati dan hidup kembali, jadi ane simpulkan Itu merupakan reinkarnasi,,, wkwkw
Utk selebihnya, mungkin kai yg tw..wkwkkw
*mohon maaf jika adanya kesalahan dlm translate, atau ada kata2 yg Tidak sesuai dgn bhsa jepangnya, wkwkw
Utk selebihnya...hanya Tuhan dan gazette yg tw, apa maksud dari lirik ini sebenarnya..wkwkwkwk

Milyaran jempol buat nih lagu ❤